RSS

BLT..BLT...DITANGGEPIN.


Seperti yang sudah kita ketahui, program pemerintah dalam usaha menjaga daya konsumsi masyarakat kelas bawah dalam menghadapi masalah kenaikan minyak dunia yang menyebabkan bahan-bahan pokok menjadi naik ini banyak menimbulkan tanggapan-tanggapan yang positif maupun negatif. Ada pihak-pihak yang setuju tapi tentu juga ada yang kurang setuju.
Setelah saya melakukan wawancara terhadap beberapa orang, memang persepsi positif dan negatif ini datang dari dua pihak yang berbeda. Mereka yang setuju adalah pihak penerima BLT dan masyarakat yang kurang setuju merupakan masyarakat kelas menengah ke atas yang melihat dan menanggapi fenomena BLT ini.
Sempat juga saya membaca beberapa artikel tentang BLT dan banyak bermacam-macam tanggapan dari masyarakat (bukan penerima BLT-red). BLT yang sesungguhnya artinya adalah Bantuan Langsung Tunai beberapa juga menyebutkan bahwa BLT adalah singkatan dari Bisa Langsung Tewas. Ini bukan lelucon, karena memang di beberapa daerah ada kejadian di mana penerima BLT tewas ketika akan mengambil hak mereka. Ini disebabkan karena banyaknya yang menerima BLT ini dan situasi yang kurang kontrol sehingga banyak yang terjatuh kemudian terinjak-injak atau juga karena tidak bisa bernafas diantara banyak orang yang berdesakan.
Masyarakat yang kurang setuju terhadap program BLT ini beranggapan bahwa program BLT ini hanya akan membuat masyarakat miskin menjadi malas dan cenderung tidak produktif, karena sama saja membentuk mental pengemis kepada masyarakat miskin. Lagi pula uang BLT ini kurang efektif, karena pada kenyataan di masyarakat, uang BLT yang diberikan kepada masyarakat miskin ini cenderung menjadikan mereka menjadi konsumtif, bahkan menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang kurang penting. Bagaimanapun juga mental orang Indonesia masih lemah dalam membagi prioritas mana yang penting atau tidak. Mudahnya saja begini, orang-orang miskin yang tidak biasa memegang uang, tiba-tiba diberi uang yang jumlahnya lumayan besar, jelas saja setelah uang diterima langsung habis seketika mereka gunakan. Memang tidak semua menggunakan uang tersebut dengan sia-sia, tapi fenomena itu menjadikan tujuan pemerintah membantu rakyat miskin menjadi melenceng.
Para pihak yang kurang setuju mengatakan bahwa sesungguhnya masyarakat miskin ini ada karena kurangnya lapangan pekerjaan. Solusi yang tepat dibandingkan BLT adalah mengalokasikan dana BLT menjadi sumber modal bagi mereka dan pemerintah berwenang untuk mengawasi kinerja mereka dan melihat apakah berkembang atau tidak. Jika berkembang tentu baik untuk diterukan. Negara juga menjadi untung karena banyak industri--industri kecil yang bisa memperkuat perekonomian Indonesia. Tapi jika kurang berkembang, pemerintah dapat mengadakan pelatihan-pelatihan kepada mereka agar bisa lebih baik ke depannya. Itu lebih mendidik masyarakat miskin untuk berfikir cerdas dalam menanggapi masalah ekonomi ketimbang memberikan uang secara cuma-cuma. Memang sulit rasanya jika dipraktikan secara langsung, melihat bahwa masyarakat miskin cenderung memiliki pendidikan yang kurang. Tapi mendidik berfikir maju lebih baik ketimbang membentuk mental pengemis di otak mereka.
Berbeda dengan para penerima BLT yang setuju dengan program ini. Memang jelas alasannya, mereka mengatakan senang mendapat BLT karena mereka bisa memperoleh uang yang lumayan besar tanpa harus bekerja. Ketika mereka mengetahui program ini pertama kali, mereka jelas senang. Tapi ternyata mereka juga berfikir dari mana sumber uang yang mereka dapat dan kenapa mereka mendapatkan uang tersebut?Kebanyakan dari mereka jelas tidak tau jawabannya sampai saat ini. Apakah Anda tau jawabannya?
Ada juga masyarakat yang setuju walaupun bukan dari pihak pemerima BLT. Mereka setuju karena ini berarti bahwa pemerintah mulai memperhatikan masyarakat miskin yang pada faktanya selama ini kurang diperhatikan. Hanya saja tetap mereka kurang yakin keberhasilan program ini, karena dalam pelaksanaannya kurang sekali dari standar yang baik, baik itu data penerima BLT maupun pengawasan ketertiban pada saat pembagian BLT. Banyak yang seharusnya menerima hak ini tapi tidak bisa mereka dapatkan karena ternyata banyak orang yang mampu terdaftar sebagai orang miskin.
Tapi sesungguhnya ini bukanlah program jangka panjang, karena jika keadaan minyak dunia sudah normal kembali, program ini akan dihapuskan. Dan tentu setelah program ini dihentikan pula akan tetap menimbulkan kontroversi. Ada pihak yang kecewa karena ada bagian pemasukan mereka berkurang dan ada juga yang senang karena pembodohan itu telah berakhir. Akankah program ini akan menimbulkan efek pada masyarakat miskin?? Tentu akan terjawab ketika BLT ini berakhir.
Apapun respon masyarakat dari setiap permasalahan merupakan cerminan kepedulian masyarakat tentang lingkungan mereka. Itu adalah bentuk dari proses sosial yang tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun karena merupakan kodrat manusia yang notabene merupakan makhluk sosial. Tetaplah peduli kepada apapun yang terjadi disekeliling kita, karena sesungguhnya respon itulah yang bisa mengontrol segala keadaan. Karena respon sosial membentuk kita menjadi manusia yang saling memahami.

0 komentar: